Selasa, 09 Juni 2009

Nisye Maksum untuk Marissa Haque: Ketika KPU Menjadi Sumber Dugaan Gratifikasi Pileg 2009


Laporan Harry Maksum kala mendampingi Marissa Haque di TV One:


Ketika dari seluruh penjuru tanah air kemarahan demi kemarahan rakyat yang merasa haknya telah dirampas oleh negara sudah tak dapat lagi dieleakkan lagi, dan salah satu kantor KPU di Papua kemarin dibakar massa, kondisi kurang lebih serupa juga terjadi di KPU Pusat Jakarta. Rasa senasib seperjuangan kami menjadikan para Calon Legislatif 2009 dari lintas Partai Politik menjadi satu dan langsung akrab menuju satu langkah perjuangan yang sama, yaitu menjujurkan keadilan KPU dan membingkai ‘dugaan’ gratifikasi KPU dalam penentuan kursi Caleg 2009 pada putaran ke tiga dengan hukum!



Terimakasih Banyak TV One


Tak terhingga rasa terimakasih kami-kami para Caleg 2009 yang terdzolimi ini, ketika sebagai televisi berita selain Metro TV, TV One selama dua hari berturut-turut menanyangkan dialog aktif yang life dari kegelisahan akan dugaan gratifikasi KPU didalam penetapan kursi DPR RI untuk para Caleg terpilih 2009 pada putaran ketiga. TV One memanglah sangat spesial bagi kami hari ini! Doa kami semoga TV One tetap mengudara sebagai yang pertama dalam kurun waktu lama kedepannya. Isnya allah…

KPU pada hari kedua mewakilkan kepada Bapak Putu Artha untuk menjawab seluruh dugaan gratifikasi (suap/pidana) yang terjadi selama pertemuan tertutup diantara 9 (sembilan) saksi yang mewakili partai politik dan oknum KPU yang tersebut didalam sidang MK (Mahkamah Konsitutsi) oleh saksi ahli Partai Hanura Ibu Jurmaini Kekasih Allah kemarin Jumat tertanggal 29 Mei 2009 atas 3 (tiga) nama yang wajib bertanggungjawab, yaitu: Ibu Andi Nurpati, Bapak Putu Artha, dan Bapak Sigit (Komisioner urusan Hukum KPU). Bahkan bintang tamu ahli dari Universitas Pelita Harapan Bapak Prof. Dr. Tjipta Lesamana memberikan penegasan mengenai busuknya bau isu suap/gratifikasi yang tengah muncul ditengah masyarakat terkait dengan penetapan kursi Legislatif 2009 ini.


Fernita Darwis Saksi dari PPP

Dari 9 (sembilan) partai politik yang mendapatkan mandat dari partai masing-masing untuk mewakili partai mereka dari PPP partaiku sekarang adalah Fernita Darwis yang sekaligus juga adalah Caleg PPP Nomor urut dua dari Dapil Jabar 2 (Kabupaten Bandung). Fernita ini sebelumnya pada tahun 2004 adalah Caleg dari PPP juga yang gagal bertarung melalui Dapil Banten dimana sebelumnya Fernita Darwis insinyur lulusan Sekolah Tinggi Teknik Indonesia adalah Direktur Teknis PDAM Provinsi Banten. Jadi yah… boleh dikatakan Fernita Darwis adalah salah seorang ‘orang dalam’ Ratu Atut Chosiyah yang sampai sekarang masih saya perangi kecurangannya didalam pelaksanaan Pilkada Banten 2006 lalu.

Sejak awal Fernita telah menunjukkan ketidak sukaannya kepada saya. Dimulai ketika Bapak Keua Umum PPP Surya Dharma Ali memberikan posisi nomor 1 untuk Dapil Jabar 1 – kota Bandung dan Kota Cimahi – namun kemudian tanpa diinformasikan terlebih dahulu menjadi nomor 2 pada DCS (Daftar Calon Sementara) yang dikeluarkan dikoran Kompas. Sehingga reaksi yang saya ekspresikan adalah bagaimana Ketua Umum PPP adalah agar beliau mampu menjelaskan kesaya karena janji yang diberikan yang ternyata berubah tidak sesuai awalnya kepada saya – saat itu saya tidak ingin menjadi caleg PPP dan hanya ingin menjadi vote getter Ikang Fawzi suamiku yang memilih PAN kecuali saya diberikan kesempatan menjadi caleg dinomor urut 1. Karena sejak awal saya memang merasa percuma membantu PPP sebagai partai tengah yang berisi sebagian besar kader sepuh baik yang pria maupun yang wanita. Dan juga saya memilih PPP sebagai kendaraan politik, karena ikatan emosional saya dengan para leluhur dari pihak mamaku almarhumah para sesepuh pendiri Nahdatul Ulama dari Jawa Timur. Dan karena adanya jaminan dari ketum PPP itulah, maka saya metahan diri untuk tetap bertahan di PPP sembari membagi pikiran dan konsentrasi sebagai istri dari Ikang Fawzi suamiku yang secara resmi menjadi kader PAN.

Ketika saya complain berat dan kemudian diterima Bapak Surya Dharma Ali Ketum PPP dirumah dinasnya di Manggala Wanabhakti, selain hadir mbak Indah (Wardhatul Asriah) dan juga kakak PPP-ku Bunda Emilia Contessa juga hadir Ir. Fernita Darwis. Itulah saat pertamakali saya mengenal dia. Pak Ketum PPP membantu menegaskan pertanyaan saya kepada Fernita apakah Marissa Haque Fawzi dapat dikembalikan kepada nomor teratasnya. Dijawab oleh Fernita bahwa KPU sudah menutup kemungkinan itu dan malam itu ada beberapa orang KPU stand by diluar ‘sana.’ Demikian jawab Fernita terkesan asal-asalan! Dan ketika saya balik bertanya kepada Fernita: ”Baik kalau anda berkata seperti itu…, maka saya akan keluar ‘sana’ untuk menanyakan langsung kebenaran kata-kata anda.” Dan, ternyata Fernita Darwis berbohong! Yang dia katakan beberapa orang tersebut ternyata hanya ada SATU orang kurir KPU saja yang sedang membawakan sebuah map merah berisi setumpuk kertas yang entah apa isinya. Kelihatannya semacam bill tagihan/surat pajak. Dari kejadian pertama itu saya sudah mencatat “DOSA” Fernita Darwis kedalam buku pedoman calon teman bermasalah/ancaman milik saya.

Kebohongan kedua Fernita adalah ketika dia menyatakan bahwa menurut Hafiz Anshari Ketua KPU Pusat dinyatakan bahwa nama yang telah masuk tidak dapat diganggu gugat. Atas kebaikan beberapa penggemar serta anggota pengajian Syekh Hisyam Kabbani dari Tareqoh Naqsyahbandi Haqqani yang bekerja sebagai karyawan tetap KPU Pusat saya berhasil bertemu langsung dengan Ketua KPU Pak Prof. Dr. KH. Hafiz Anshari, MA yang isu santer yang beredar di-endorse oleh Partai Demokrat dari unsur aliran Islam NU. Sehingga saya lalu memiliki kesempatan untuk langsung bertanya kepada beliau kejadian yang terjadi pada urut-urutan nama yang diusung parpol. Alhamdulillah, langsung melalui ucapannya sendiri Ketua KPU Bapak Hafiz Anshari ternyata sayainformasi bahwa susunan atas nomor urut yang telah diumumkan di DCS masih dapat diubah! Bahkan dari ucapan Pak Ketua KPU saya mendapatkan informasi terkait atas pendaftaran dobel dari kader PKB yang sekaligus PPP atas nama Asep Maoshul dan dengan foto sama namun dengan ‘look’ berbeda usia.

Ketika keesokan harinya saya ingin kembali lagi untuk menanyakan langsung kepada Ketum PPP akan kebohongan Fernita Darwis semalam dan saya besikukuh agar hak saya dikembalikan, yang saya dapatkan adalah kenyataan saya harus menunggu didalam mobil didepan rumah beliau pribadi sampai pukul 24.00 tengah malam dihari ulang tahunku yang ke 46 pada tanggal 15 Oktober 2008 lalu. Saya memaafkan Ketum PPP Bapak Surya Dharma Ali atas apa yang telah dilakukannnya kepada saya, karena saya dapat merasakan ‘aura’ kebingungan/stress Pak ketum SDA berada dibawah tekanan grup Bapak Mensos Bachtiar Chamsah dan Oknum dari Keluarga Besar Perti dan Parmusi yang dibawahinya. Yang tetap ingin mempertahankan basis Aliran Islamnya di Jawa Barat dengan kekhususan jabar 1 – Kota Bandung dan Kota Cimahi.

(Bersambung)

1 komentar:

  1. KPU memang gila dan menjijikkan dan SBY sangat senang serta puas dengan kerja KPU. Indonesia memang negeri sampah dipimpin oleh pemimpin sampah hanya dibalut parfum dari Perancis yang semoga saja sebentar lagi tercium bau asli busuknya.

    BalasHapus